Beranda | Artikel
Khutbah Jumat Singkat: Menghormati Ulama
14 jam lalu

Khutbah Jumat Singkat: Menghormati Ulama ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada 2 Jumadil Awal 1447 H / 24 Oktober 2025 M.

Khutbah Jumat Pertama: Menghormati Ulama

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ

“Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda, tidak menghormati yang lebih tua, dan tidak mengetahui hak para ulama.” (HR. Ahmad)

Ali bin Abi Talib Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “مَحَبَّةُ الْعَالِمِ دِينٌ يُدَانُ بِهِ” (Mencintai seorang alim adalah agama yang wajib kita yakini).

Para ulama membimbing manusia kepada kebaikan, memahamkan mereka tentang Al-Qur’an dan Sunnah, serta mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju terang benderang. Dengan adanya ulama, kita dapat mengetahui yang halal dan yang haram, serta mengetahui jalan menuju surga dan jalan menuju api neraka.

Al-Hasan al-Basri Rahimahullah pernah mengatakan, “Kalau bukan karena keberadaan para ulama, niscaya keadaan umat manusia tidak ada bedanya dengan binatang ternak.”

Matinya seorang ulama adalah lubang yang tidak akan bisa ditutup, bagaikan bintang yang jatuh. Kematian satu kabilah manusia itu lebih ringan dibandingkan dengan matinya seorang ulama. Keberadaan ulama menjadi penopang tegaknya Islam, syariat Allah diajarkan kepada manusia, dan hati-hati yang tadinya mati menjadi terbuka. Melalui ulama, manusia mengetahui hakikat agama Allah yang hak.

Sungguh sangat pantas apabila kita mencintai dan menghormati para ulama. Allah Subhanahu wa Ta’ala pun menjunjung tinggi para ulama dalam Al-Qur’an. Allah berfirman:

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Allah bersaksi bahwasanya tidak ada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Dia saja, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran [3]: 18).

Dalam ayat ini, Allah menyebutkan persaksian diri-Nya, persaksian para malaikat, dan persaksian para ahli ilmu, yang menunjukkan sanjungan Allah kepada para ulama. Allah juga berfirman,

… قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ…

“Katakanlah, ‘”‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?`” (QS. Az-Zumar [39]: 9).

Jawabannya sudah tentu tidak sama. Selain itu, Allah berfirman,

…يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ…

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).

Dalil-dalil tentang hal ini sangat banyak. Akan tetapi menghormati ulama bukan berarti bersikap ghuluw (berlebih-lebihan) kepada mereka, atau tidak sesuai dengan syariat Allah Azza wa Jalla. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah orang yang paling pantas untuk para sahabat ghuluw kepadanya, akan tetapi sikap tersebut dilarang oleh beliau.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

لَا تُطْرُونِي كما أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ

“Janganlah kalian berlebih-lebihan memuji diriku seperti kaum Nasrani berlebih-lebihan memuji Isa bin Maryam.” (HR. Bukhari)

Ketika ada orang yang berkata kepada Rasulullah, “Engkau adalah sayid kami dan anak dari sayid kami,” beliau bersabda, “Hai manusia, jangan sampai setan menyeret kalian kepada sikap berlebih-lebihan. Aku hanyalah hamba Allah, maka ucapkanlah ‘Hamba Allah dan Rasul-Nya’.”

Demikian Rasulullah mengajarkannya agar kita tidak bersikap ghuluw (berlebih-lebihan). Beliau juga bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ

“Jauhi oleh kalian sikap ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama, sesungguhnya sikap ghuluw itu telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.” (HR. An-Nasa’i)

Khutbah Jumat Kedua: Menghormati Ulama

Di antara penghormatan yang diperbolehkan kita lakukan kepada seorang alim adalah mencium tangannya. Beberapa hadits menyebutkan bahwa sebagian sahabat mencium tangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Demikian pula mencium kaki beliau. Sebagian hadits menyebutkan bahwa sebagian sahabat mencium kaki Rasulullah, dan beliau tidak mengingkarinya. Namun, hal ini bukanlah kebiasaan para sahabat yang mereka lakukan setiap kali bertemu dengan Rasulullah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun tidak suka dirinya dilebih-lebihkan.

Oleh karena itu, seorang alim (orang yang berilmu) yang sebenarnya tidak akan pernah suka dan tidak menyukai untuk mendapatkan penghormatan yang berlebihan dari manusia.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, .

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُمْثَلَ لَهُ عِبَادُ اللهِ قِيَامًا فَلْيَتَبَوَّأْ بَيْتًا فِيْ النَّارِ

“Siapa yang menyukai orang-orang berdiri menghormati dirinya, hendaklah ia mempersiapkan rumahnya dalam api neraka.” (HR. Bukhari)

Seorang ulama hendaknya mengajarkan ketawaduan (kerendahan hati) kepada manusia, bukan menjadi orang yang “gila kehormatan” agar dirinya disanjung dan dihormati. Hal ini tidak diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Walaupun kita memang wajib menghormati para ulama, seorang ulama tidak sepatutnya gila kehormatan dan tidak suka jika manusia berdiri menghormati dirinya, karena hal itu dapat mencampakkannya ke dalam api neraka.

Download mp3 Khutbah Jumat: Menghormati Ulama

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Khutbah Jumat: Menghormati Ulama” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55723-khutbah-jumat-singkat-menghormati-ulama/